Jumat, 14 September 2012

Dasar-Dasar Optimasi Sistem Telekomunikasi GSM


Dasar-Dasar Optimasi
Sistem Telekomunikasi GSM



ANTENNA CLEARANCE



TEORI ANTENNA


Pattern, Gain

Pattern
-          Horizontal Pattern
-          Vertical Pattern

 
Jika Vertical Beam Width lebih Besar dan Horizontal Beam Width lebih Besar maka Gain yg dihasilkan lebih Kecil

Jika Vertical Beam Width lebih Kecil dan Horizontal Beam Width lebih Kecil maka Gain yg dihasilkan lebih Besar
 

TILT

  1. Eclectrical Tilt (nilai Tilt diatur secara elektronik)
  2. Mechanical Tilt (nilai Tilt diatur secara manual dg menggeser antenna sesuai dg tilt yg diinginkan)

Electrical Tilt
  1. Variable (nilai Tilt dapat diubah-ubah)
  2. Fixed (nilai Tilt tetap)

Efek Tilt pada Electronic Tilt dan Mechanic Tilt
 
Overshooting
Pancaran sinyal dari antenna memancar segaris dg horizon sehingga sinyal memancar sejauh kuat sinyal yg dipancarkan (arah pancaran sinyal tak terhingga)

Polarisasi Antenna
  1. Vertical Polar
  2. Horizontal Polar
  3. Cross Polar ( X Polar)
Vertical Polar dan Horizontal Polar baik digunakan untuk daerah Rural (daerah yg tidak padat penduduknya/pedesaan) tapi Horizontal Polar jarang digunakan.
Cross Polar baik digunakan untuk daerah Urban (daerah yg padat penduduknya/perkotaan). Cross Polar merupakan gabungan dari Vertical and Horizontal Polar.
Fast Fading adalah gangguan yg mengganggu pancaran sinyal (gedung, benda bergerak)
Slow Fading adalah gangguan yg menggangu saat sinyal dipancarkan dg posisi bergerak (di dalam kendaraan)
Vertical Polar dan Cross Polar tipe polarisasi antenna yg banyak digunakan saat ini

INDETIFIKASI SEL


  1. BCCH (Base Control Channel)
  2. Cell ID (Cell Identity)
  3. BSIC
  4. MCC (Mobile Country Code)
  5. MNC (Mobile Network Code)
  6. LAC (Local Area Code)

BCCH


Kelebihan  Sistem GSM adalah penggunaan kembali frekuensi yg sama dalam melakukan komunikasi (REUSE Frequency) MSC menentukan serving cell berdasarkan BCCH dan BSIC, LAC adalah kelompok site-site dalam satu area (Grouping) tujuannya saat MSC menghubungkan MS ke MS lain MSC tidak perlu menginformasikan keseluruh network cukup ke LAC dimana MS berada

Pergerakkan MS dari LAC ke LAC yg lain dinamakan LU (Location Update)

CHANNEL GSM

 NON HOPPING

Saat MS terkoneksi (Dedicated) MS menduduki di TRX 3 dapat diketahui dengan BCCH=12 ARFCN=22

TRX1 = BCCH TRX
TRX2 dan TRX3 = TCH TRX

Pada BCCH TRX power selalu maximum, pada TCH TRX power akan bervariasi (Power Control)

Nilai C/I =9 db  (Carrier Over Interference)
Nilai C/A=9 db
Saat melakukan test TRX, TA (Time Advance) = 0 atau 1


POWER CONTROL



BER=Bit Error Rate
HOPPING

  1. Base Band Hopping
  2. Synthesized Frequency Hopping (SFH)
  3. RF Hopping (RFH)

Base Band Hopping



HSN = Hopping Sequence Number
MAL =  12, 14, 16
MAIO = Mobile Allocation Index Offset

Synthesized Frequency Hopping (SFH)


Hopping pada SFH secara otomatis frequency berlompat sesuai MAIOnya pada frequency yg dialokasikan (MAL) eg. MAIO=2 frequency akan berlompat dari 26-28-30…


HANDOVER

Note: HO terjadi saat MS terkoneksi (dedicated), pada saat idle disebut Cell Selection atau Cell Reselection
Terjadinya HO pada Cell Server ditentukan oleh:

  1. PBGT (Power Budget)
  2. Level DL / Level UL
  3. Quality
  4. Time Advance
  5. Umbrella
  6. FMMS (Fast Moving Mobile System)

Note: Normal HO di set sesuai Power Budget, Emergency HO di set sesuai Level, Quality, Time Advance, Umbrella, FMMS
Pada PBGT HO terjadi saat Source HO dan Target HO terjadi selisih 4 dbm hingga 10 dbm, tergantung Margin yang diset (Margin Minimum=4 db)

Kondisi Server HO dan Target HO sebelum terjadi HO

Server
N1 (Neighbour 1)
BCCH
12
14
Signal Strength
-60 db
-75 db
Quality
0
0
TA
1
2

Kondisi Server HO dan Target HO setelah terjadi HO

Server
N1 (Neighbour 1)
BCCH
12
14
Signal Strength
-75 db
-60 db
Quality
0
0
TA
2
1

Signal Strength antara Server dan Target HO telah memenuhi syarat Margin 4-10 dbm
Pada Level DL/UL terjadinya HO di set sesuai tingkat level yg telah di set (-95 dbm Source harus HO ke Target)

Kondisi Server HO dan Target HO sebelum terjadi HO

Server
N1 (Neighbour 1)
BCCH
12
14
Signal Strength
-60 db
-75 db
Quality
0
0
TA
1
2

Kondisi Server HO dan Target HO setelah terjadi HO

Server
N1 (Neighbour 1)
BCCH
12
14
Signal Strength
-95 db
-60 db
Quality
0
0
TA
2
1

Secara normal Source harus sudah HO ke Target, karena HO di set pada level -95 dbm maka HO belum bias terjadi, ketika level signal strength mencapai -95 dbm Source baru HO ke Target

HO Layering (Umbrella dan FMMS)

Umbrella

Terjadinya HO dari sistem GSM900 ke DCS1800 di tentukan oleh nilai AUCL  (AUCL=-75 dbm), saat MS mendekati dual band site (GSM900 dan DCS1800) secara otomatis DCS1800 akan bertindak sebagai Server, setelah menjauh dari site baru GSM900 yang menjadi Server

FMMS

Ditentukan oleh nilai FMT (Fast Moving Threshold) FMT=5 detik

Call Setup
Connected
HO
GSM
GSM
DCS
Server=-50
Server=-50
Server=-80
N1 DCS=-90
N1 DCS=-80
N1=-55

HO Saat Idle
HO 1 = Cell Selection
HO 2 = Cell Recelection Hysterisis (CRH)
HO 2 terjadi jika threshold = 6 dbm atau sesuai nilai CRO (Cell Reselect Offset) yg ditentukan
C1 = Nilai Level Server yg sebenarnya
C2 = Nilai Level Server setelah dilogik dengan nilai CRO
Server=-74
N1=-70

Secara normal harus terjadi HO ke N1, tetapi CRO sudah diset 6 dbm maka secara logical level Server menjadi -74 + CRO(6 dbm) sehingga tidak terjadi HO ke N1


KASUS-KASUS GSM
  1. Signal Strength Low
  2. Bad Quality
  3. HO Fail
  4. Call Drop
  5. Call Block
  6. Call Setup Fail
 
Signal Strength Low

Server DCS = -97 GSM = -80
Kemungkinan penyebab:
-          New Site?
-          Antenna Tilting?
-          Antenna Clearance?
-          BTS Installation?

Server GSM lebih kuat dari DCS nya
Kemungkinan penyebab:
-          Neighbour belum di create
-          BCCH TRX bermasalah
-          BCCH TRX Low Power

Server DCS lemah GSM kuat
Kemungkinan penyebab:
-          AUCL terlalu kecil

Server DCS kuat GSM lemah
Kemungkinan penyebab:
-          TRX problem
-          DCS Insatallation problem

Server GSM kuat DCS lemah
Kemungkinan penyebab:
-          DCS Installation problem
-          Umbrella (AUCL=-75)

Note: Kurangnya HO bisa mengakibatkan Signal Strength Low dan Bad Quality sehingga dapat menyebabkan Dropped Call or Blocked Call.

HO Fail
Kemungkinan penyebab:
-          Signal Strength Low
-          Timer Expire
-          Inter MSC
-          Inter BSC
-          Synchronization Fail (clock)

Call Drop
Kemungkinan penyebab:
-          Signal Strength Low
-          Bad Quality
-          Target HO belum di buat

Call Setup Fail
Kemungkinan penyebab:
-          Signal Strength Low
-          Bad Quality
-          Unpropper Neighbour (Tetangga yg tidak sesuai)

Call Block
Kemungkinan penyebab:
-          Signal Strength Low
-          Bad Quality
-          Target HO belum di buat



Kamis, 13 September 2012

KONSEP DASAR SISTEM WCDMA




KONSEP DASAR SISTEM WCDMA
Print

Wideband Code Division Multiple Access merupakan teknik multiple access yang berdasarkan spektral tersebar, dimana sinyal informasi disebar pada pita frekuensi yang lebih besar daripada lebar pita sinyal aslinya (informasi). Sistem WCDMA hanya memerlukan satu channel frekuensi radio untuk semua pemakainya, masing-masing pemakai diberi kode yang membedakan antara pengguna satu dengan yang lain. Skema metode akses yang digunakan untuk penyebaran sinyal WCDMA adalah direct sequence dimana code sequence digunakan secara langsung untuk memodulasi sinyal radio yang dipancarkan dengan menggunakan sinyal penebar.
ARSITEKTUR JARINGAN WCDMA

Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) yaitu Universal Mobile Telecommunication System (UMTS). Universal Mobile Telecommunication System merupakan suatu evolusi dari GSM, dimana interface radionya adalah WCDMA, mampu melayani transmisi data dengan kecepatan yang lebih tinggi, kecepatan data yang berbeda untuk aplikasi-aplikasi dengan QoS yang berbeda. Berikut ini adalah gambar arsitektur jaringan UMTS, yaitu terlihat pada gambar di bawah ini :



Dari gambar diatasa terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu sebagai berikut :
1. UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio.
2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah node B dan RNC (Radio Network Controller).
RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
Node B
Node B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama node B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi,
demodulasi dan lain-lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce Management), seperti handover dan power control
3. CN (Core Network)
Core Network berfungsi sebagai switching pada jaringan UMTS, memanajeman jaringan serta sebagai interface antara jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya. Komponen Core Network UMTS terdiri dari :

MSC (Mobile Switching Center)

MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti video, video call.
VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location)
SGSN ( Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :
Mengantarkan packet data ke MS
Update pelanggan ke HLR
Registrasi pelanggan baru
GGSN ( Gateway GPRS Support Node )
GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang menghubungkan Node B dan RNC, Interface Iur yang menghubungkan antar RNC, sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh interface Iu. Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya, yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user plane merupakan protocol yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB), misalnya membawa data user melalui Access Stratum (AS). Sedangkan control plane berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user dengan jaringan dari aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi , handover , mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS) seperti Mobility Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM) ,dan lain-lain.
KARAKTERISTIK SISTEM WCDMA
Salah satu karakteristik yang terpenting dari WCDMA adalah kenyataan bahwa power merupakan resource yang dishare secara bersama-sama. Hal ini menjadikan sistem WCDMA sangat fleksibel dalam menyediakan paduan layanan dan layanan yang membutuhkan variable bit rate. Radio Resource Management dilakukan dengan mengalokasikan power untuk setiap user (call), dan untuk menjamin bahwa kualitas sinyal tidak melampaui batas maksimum interference yang telah ditentukan. Tidak ada alokasi kode maupun time slot yang dibutuhkan ketika terjadi perubahan bit rate. Hal ini berarti bahwa alokasi physical channel tidak terpengaruh pada saat terjadi perubahan bit rate. Sistem WCDMA tidak membutuhkan perencanaan frekuensi, dikarenakan setiap cell menggunakan frekuensi yang sama. Fleksibilitas dimiliki oleh system WCDMA, dikarenakan sistem ini menggunakan kode OVSF (Orthogonal Variable Spreading Codes) untuk channelization dari user yang berbeda. Kode ini memiliki karakteristik dalam hal orthogonalitas antara users (layanan yang berbeda dialokasikan untuk satu user) meskipun user tersebut menggunakan bit rate yang berbeda. Sebuah physical resource dapat membawa beberapa layanan dengan bit rate yang berbeda. Dengan berubahnya bit rate, maka alokasi power untuk physical resource tersebut juga akan berubah sehingga QoS dijamin pada setiap komunikasi. Setiap radio frame memiliki periode sebesar 10 ms yang dibagi ke dalam 15 slot, yang menggambarkan satu periode power control. Power control yang digunakan didasarkan pada SIR (Signal to Interference Ratio), dimana fast closed loop disesuaikan dengan SIR dan perubahan SIR target dilakukan oleh outer loop.
HANDOVER
Handover merupakan sekumpulan algoritma dan prosedur yang menjamin kelangsungan dari sebuah komunikasi antara UE dan jaringan pada kondisi bergerak dan kondisi overload. Pada kondisi bergerak, prosedur tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan connection baik dalam sesama sistem WCDMA pada frekuensi yang sama melalui intra frequency handover, atau dengan frekuensi yang lain melalui inter frequency handover, atau dengan sistem yang lain melalui Inter Radio Akses Teknologi (IRATHO). Dengan adanya rake receiver pada kedua UE dan RBS mengijinkan UE di sambungkan dengan lebih dari satu sektor pada dedicated channel. Kondisi ini disebut Soft Handover atau Softer Handover jika UE dihubungkan dengan sector yang berbeda pada site yang sama. Untuk kondisi handover dalam WCDMA dengan frekuensi yang lain atau dengan sistem yang lain (GSM) maka prosedur Hard Handover dilakukan. Terdapat beberapa macam handover dalam sistem WCDMA antara lain :

a. Intra-system Handover
Intra-system Handover terjadi dalam satu sistem. Dapat dibagi menjadi intra frequency handover dan inter frequency handover. Intra frequency handover terjadi antar sel WCDMA dengan carrier yang sama, sedangkan inter frequency handover terjadi antar sel WCDMA dengan carrier yang berbeda.
b. Inter-system Handover
Inter-system Handover berlangsung antar sel yang mempunyai dua Radio Access Technologies (RAT) berbeda atau Radio Access Modes (RAM) berbeda. Kasus yang paling antara WCDMA dan GSM/EDGE (IRATHO), selain itu karena sistem CDMA yang berbeda.
c. Soft / Softer Handover
Soft handover adalah kondisi jika UE dihubungkan dengan lebih dari satu sector pada site yang berbeda, dan softer handover adalah kondisi ketika UE dihubungkan dengan lebih dari satu sektor pada site yang sama. Jumlah user pada soft handover ditentukan oleh coverage untuk tiap sektornya. Selama proses pemasangan antenna dalam hal penentuan orientasi dan tilt sangat penting untuk merencanakan seberapa besar daerah handover, dimana coverage tiap sektornya saling beririsan dengan base station yang berbeda sesuai dengan jenis layanan dan distribusi dari pelanggan.
POWER CONTROL
Power control pada sistem WCDMA adalah untuk mengontrol daya pancar dari UE ke Node B. Level daya pancar akan diatur sedemikian rupa sehingga interferensinya tidak terlalu besar. Tujuan utama penggunaan power control pada WCDMA adalah untuk mendapatkan kualitas komunikasi yang baik, mengurangi interferensi, dan memaksimalkan kapasitas. Sistem komunikasi seluler CDMA menggunakan tipe power control di bawah ini :
a. Reverse open-loop power control
b. Reverse close-loop power control
c. Reverse outerloop power control
d. Forward close-loop power control
Power control dalam sistem CDMA dibedakan atas reverse power control dan forward power control. Power control reverse ditujukan untuk mengontrol level daya pancar UE, sedangkan power control forward digunakan untuk mengontrol level daya pancar Node B. Pada WCDMA menggunakan metode fast power control khususnya pada arah reverse. Periode peng-update-an power control user adalah 1500 kali setiap menit (1500KHz) yang lebih cepat daripada perubahan pathloss user dan juga bahkan lebih cepat dari perubahan kanal fast reyleigh fading. WCDMA menggunakan open loop power control untuk initial daya pertama kali yang harus dipancarkan oleh UE. Sedangkan selanjutnya, untuk arah reverse menggunakan fast close loop power control. Pada metode ini Node B membandingkan SIR user yang diterima dan dibandingkan dengan SIR target. Jika lebih besar maka akan dikirim command untuk menurunkan daya transmit user, dan sebaliknya. Metode closed loop power control ini akan mampu mengontrol ketidakseimbangan daya reverse yang diterima oleh Node B, Sedangkan pada arah forward menggunakan close loop power control. Alasannya bagaimana agar user yang berada di sisi border sel juga bisa mendapatkan sinyal dengan kualitas yang bagus, artinya memperkecil efek other cell interference. Fungsi closed loop power control pada arah forward juga member tambahan daya untuk menjaga Qos sinyal jika error correcting code tidak bekerja dengan baik.
CELL RESELECTION
UE akan memilih cell yang cocok dan mode radio akses berdasarkan pengukuran idle mode dan kriteria cell selection. Pada saat UE berada pada mode UMTS atau GSM, UE melakukan pengukuran pada radio akses teknologi yang lain tergantung pada parameter yang diset oleh operator. Parameter tersebut mendefinisikan :
Nilai threshold pada serving cell jika UE harus melakukan pengukuran pada cell inter radio akses teknologi.
Kualitas minimum yang dibutuhkan untuk pemilihan sebuah cell pada radio akses teknologi yang lain.
WCDMA CODES
Dalam sistem WCDMA digunakan dua macam operasi pada physical channel : channelization dimana mentransformasikan setiap bit ke dalam jumlah chip SF (Spreading Factor), sedangkan Scrambling Code digunakan untuk menebar sinyal informasi. Pada operasi channelization, kode OVSF (Orthogonal Variabel Spreading Factor) digunakan untuk menjaga keorthogonalan antara physical channel dari sebuah hubungan walaupun dengan menggunakan laju yang berbeda. Pada arah uplink setiap user memiliki Scrambling Code yang unik dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat pada code tree OVSF. Scrambling Code sering juga dikaitkan dengan user dan kode channelization dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit rate yang diberikan. Sedangkan pada arah downlink, Scrambling Code digunakan untuk membedakan sektor yang berbeda dan kode channelization dikaitkan dengan tipe layanan yang berbeda dan user.
SCRAMBLING CODE
Pada arah uplink terdapat dua macam Scrambling Code yaitu long (gold code) dan short scrambling codes, yang masing-masing berjumlah 224 buah. Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses scrambling, urutan kode dari user yang telah di-spreading dikalikan dengan kode pseudorandom. Pada arah downlink, jumlah maksimum dari Scrambling Code (Gold code dengan deret sepanjang 38400 chips) adalah 218 – 1, namun tidak semua kode digunakan. Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code dan 15 Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan adalah 8192. Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai konsekwensinya jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512. Kode dibagi ke dalam 64 group yang berbeda dan jika neighbour dari sektor lain dialokasikan kode dari group kode yang berbeda maka konsumsi power dari UE akan berkurang, sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih kecil dari 1 : 64. Primary CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary Scrambling Code sementara physical channel yang lain dapat dikirimkan dengan salah satu primary ataupun secondary SC digabungkan dengan primary SC dari sebuah sektor.
CHANNELIZATION CODE
Spreading Code biasa juga disebut kode kanalisasi pada WCDMA. Sesuai standar 3GPP untuk UMTS digunakan kode Orthogonal Variable Spreading Factor (OVSF). Kode OVSF mengijinkan SF yang berbeda untuk kode kanalisasi yang berbeda. Spreading Factor adalah perbandingan antara bandwidth sinyal setelah dan sebelum spreading.Kode OVSF mempunyai karakteristik unik yaitu adanya orthogonalitas di antara kode, artinya suatu kode tidak akan menginterferensi kode lainnya selama keduanya tersinkronisasi . Oleh karena itu, kode OVSF biasanya digunakan untuk sistem yang transmisinya sinkron (downlink). Spreading Factor mulai dari 1 sampai 256 untuk chip rate 3.840 Mcps. Pada arah downlink jumlah maksimum dari OVSF kode penebar adalah 512. Semua user pada sebuah sektor harus berbagi kode channelization yang tersedia pada code tree OVSF, yang merupakan resource yang sangat terbatas. Batasan dari jumlah kode downlink ditunjukkan dengan layanan bit rate yang tinggi akan dialokasikan SF yang rendah. Sebagaimana utilisasi dari sebuah kode menyebabkan tidak tersedianya sub tree dari SF yang tinggi. Selain itu juga, user pada kondisi soft handover menggunakan kode lebih banyak (satu kode untuk setiap layanan). Terkadang penggunaan dari satu kode channelization per user berdampak terhadap orthogonalitas dari penyediaan layanan yang berbeda pada sebuah sektor. Pada kenyataannya, lingkungan yang berbeda dapat mengganggu orthogonalitas, hal ini yang menyebabkan bahwa sistem lebih tergantung terhadap interferensi yang terjadi. Kode OVSF yang sangat terbatas digunakan kembali pada sel lain tetapi dengan Scrambling Code yang berbeda. Tiap stage dari struktur kode OVSF mempunyai SF yang berbeda. Hal ini tidak dapat menaikkan kapasitas hingga 100% untuk setiap kode yang digunakan karena Scrambling Code memiliki sifat tidak orthogonal.
PILOT POLLUTION
Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active set yang menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut berada pada range 5dB atau sekitar 3dB dari active set yang terbesar. Active set yang melebihi batasan Max Active Set (3 active set) dapat mengganggu kualitas dari suatu sinyal dan bertindak sebagai penginterferen. Dalam hal ini, penginterferen dapat menurunkan performansi dari suatu sistem.
PILOT SET
Kanal pilot menjadi acuan dalam penentuan hand-off. Pilot diidentifikasi oleh MS dan dikategorikan menjadi:
a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategori ini tergantung pada banyaknya komponen rake receiver.
b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik forward link dapat didemodulasi dengan baik.
c. Neighbor Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover.
d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang terdapat pada active set, candidate set, dan neighbor set.
RAB (RADIO ACCESS BEARER)
Suatu konsep baru yang diperkenalkan oleh UMTS adalah RAB, yang mana merupakan gambaran dari kanal pengiriman antara jaringan dan user. RAB dibagi menjadi radio bearer pada air interface dan Iu bearer di radio network (UTRAN). Tujuan RAB yaitu untuk menyediakan sebuah hubungan melalui UTRAN yang mendukung layanan UMTS bearer. UTRAN dapat menyediakan RAB connection dengan karakteristik yang berbeda agar supaya sesuai dengan kebutuhan untuk layanan UMTS bearer yang berbeda. Berikut ini adalah gambaran RAB dalam end to end service, yaitu dapat dilihat pada gambar  di bawah ini :



Pengklasifikasian Radio Access Bearer adalah sebagai berikut :
Conversational

Hal ini dikarakteristikkan dengan rendahnya delay, jitter (variasi delay), dan error. Kebutuhan akan laju data dapat bervariasi, tetapi secara umum bersifat simetris. Artinya, laju data dalam satu arah akan sama dengan laju data pada arah yang lain. Suara dan data termasuk dalam kategori ini. Voice yang sensitive terhadap delay yang tinggi tidak terlalu memerlukan laju bit yang tinggi, sedangkan video conferencing yang memiliki toleransi terhadap error yang rendah, memerlukan laju bit yang tinggi.Contohnya : Voice, Video Telephony, Video Gaming dan Video Conferencing
Interactive
Interaktif trafik dikarakteristikkan dengan toleransi yang rendah terhadap error, tetapi memiliki toleransi terhadap delay yang lebih tinggi daripada layanan conversational. Contohnya : Multimedia, Video on Demand, Webcast dan Real Time video.
Streaming
Layanan streaming mempunyai toleransi error yang rendah, tetapi pada umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap delay dan jitter. Hal ini dikarenakan adanya buffer data pada penerima. Streaming audio, web browsing dan video termasuk aplikasi streaming.
Background
Hal ini dikarakteristikkan dengan sangat kecilnya delay. Contohnya adalah pengiriman SMS dan email dari server ke server. Aplikasi background memerlukan pengiriman yang bebas error.